Tahun lalu, saya memutuskan untuk mencoba sesuatu yang berbeda: traveling sendirian. Saya masih ingat saat itu, bulan September, ketika saya menginjakkan kaki di Bali. Sebuah pulau yang terkenal dengan keindahan alamnya, tapi kali ini saya datang bukan sebagai turis yang berkelompok, melainkan solo traveler. Ada ketidakpastian dan kegembiraan bercampur aduk saat saya berada di Bandara Ngurah Rai. Bagaimana rasanya menjelajahi tempat baru tanpa teman? Apakah saya akan kesepian? Ini adalah tantangan yang harus saya hadapi.
Sebelum berangkat, saya telah melakukan penelitian mendalam tentang akomodasi di Bali. Saya ingin merasakan kedekatan dengan budaya lokal sambil tetap menikmati kenyamanan. Setelah beberapa klik di internet, saya menemukan Green View Palace. Terletak tidak jauh dari Ubud, hotel ini memiliki nuansa tradisional Bali dengan desain arsitektur yang menawan dan kolam renang yang dikelilingi oleh pepohonan rindang.
Momen pertama kali memasuki kamar hotel adalah pengalaman tak terlupakan. Meskipun hanya satu orang saja dalam perjalanan ini, ruangan itu terasa luas dan nyaman. Pemandangan sawah di depan jendela memberikan rasa tenang setiap kali bangun pagi. Di sinilah segalanya dimulai; perjalanan untuk memahami diri sendiri sambil menikmati tempat baru.
Di hari pertama traveling sendirian, kesepian menghantui pikiran saya seperti bayangan gelap. Setelah check-in dan menikmati kopi sore sambil melihat sunset dari balkon kamar, kenyataan mulai terasa menyentak hati—tidak ada satu pun teman untuk berbagi momen indah itu. Dalam benak terlintas: “Apakah semua ini sia-sia?” Namun seiring berjalannya waktu, perasaan itu perlahan-lahan memudar ketika saya menyadari bahwa inilah kesempatan untuk bertemu orang-orang baru.
Hari kedua tiba dengan semangat baru; sayapun memutuskan untuk mengikuti tour sepeda menelusuri pedesaan Ubud. Awalnya sedikit canggung ketika bergabung dengan grup wisata lainnya namun lama kelamaan justru menjadi pintu masuk bagi interaksi sosial yang tak terduga. Saya bertemu seorang backpacker asal Australia bernama Jake yang juga traveling sendirian.
Obrolan kami berkisar pada pengalaman masing-masing; dia berbagi cerita seru tentang perjalanan ke Eropa dan bagaimana traveling membawanya keluar dari zona nyaman sementara saya menceritakan betapa menawannya budaya Bali bagi saya—dan tiba-tiba kesepian itu tak lagi berarti.
Bali menjadi sekolah kehidupan bagi saya selama beberapa hari ke depan: setiap hari penuh petualangan baru tanpa batasan atau rencana pasti membuat pengalaman tersebut lebih menarik. Ada kalanya hilang arah di jalan setapak menuju air terjun Tegenungan atau memilih restoran kecil lokal karena aroma masakan tradisionalnya menggoda selera.
Saya belajar bahwa traveling sendirian memberi ruang bagi refleksi diri—moment-moment tenang dimana kita bisa mendengarkan suara hati sendiri tanpa gangguan dari orang lain.” Seringkali saat sedang duduk sendiri menikmati Nasi Campur sambil menyaksikan kehidupan lokal berdenyut—anak-anak bermain bola kecil atau orang tua berjalan pelan sambil bercerita—saya merasa lebih hidup daripada sebelumnya.
Saat kembali ke rumah setelah seminggu menjelajahi Bali sendirian, sebuah transformasi terjadi dalam diri saya—bukan hanya sekadar kenangan indah tetapi juga pembelajaran hidup yang berharga tentang keberanian menghadapi ketidaknyamanan dan menjalin hubungan bahkan dalam kesendirian sekalipun.
Bagi kalian yang mempertimbangkan untuk melakukan perjalanan solo setidaknya sekali seumur hidup; percayalah bahwa akomodasi bisa menjadi bagian penting dalam menciptakan pengalaman positif tersebut. Dari suasana hangat Green View Palace hingga interaksi spontan dengan sesama traveler lainnya—itulah intinya! Traveling sendirian bukan hanya tentang melanjutkan petualangan fisik tetapi juga menemukan jiwa kita sendiri dalam setiap langkah perjalanan.
Jadi jangan ragu! Rencanakan perjalanan solo kamu berikutnya karena dunia luar sana penuh peluang menanti dijelajahi!
Menemukan Rumah Kedua: Cerita Seru Menginap di Akomodasi Unik Ketika kita berbicara tentang perjalanan, akomodasi…
Di banyak kantor modern, terutama yang diisi generasi melek teknologi, ritme kerja dan hiburan berjalan…
Menyelami Tradisi Unik Yang Membuatku Mencintai Budaya Lokal Kita Sebagai seorang penggemar budaya lokal, perjalanan…
Dalam beberapa tahun terakhir, teknologi mengubah hampir semua aspek hidup, termasuk cara orang mencari dan…
Menghabiskan Waktu di Luxury Spa: Rasakan Sensasi Relaksasi Sejati Beberapa bulan lalu, saya berkesempatan mengunjungi…
Spa mewah di kota Jakarta semakin menjadi pilihan favorit masyarakat urban yang ingin melarikan diri…